Minggu, 26 Oktober 2008

Bubur Rangrang

Di Jawa Timur, bubur ini sering disebut bubur abang = bubur merah, karena menggunakan gula merah. Bubur ini sering digunakan untuk selametan & dibagi ke tetangga. Ada yang wetonan hari kelahiran anak, ada yang pas selapan, bahkan ada yang punya motor barupun bikin bubur dan dibagi ke tetangga, biar ‘slamet’ katanya. Jadi intinya adalah syukuran, shodakoh, atau berbagi kebahagiaan dengan tetangga, yang mana kalau tetangga senang pasti mendo’akan yang baik-baik.
Tanggal 21 Oktober lalu bayi laki-lakiku ultah yang pertama. Karena males bikin macem-macem, buat bubur ajah toh bayinya belum ngerti ultah he he he… *alasan*. Ini resepnya, resep asli dari Mbak Fat NCC, tapi kumodif sedikit, buburnya 5 resep, saus santan 3 resep, hasilnya pas, bubur habis, saus juga habis.


Bahan:
500 gr beras atau beras ketan
750 gr gula jawa, 2500 ml air
1 butir kelapa untuk 1500 ml santan kental (untuk saus), dan 5000 ml santan encer.
5 lbr daun pandan.
1 ½ sdt garam

Saus:
1500 ml santan kental
6 sdm tepung beras, larutkan dengan sedikit air
11/2 - 2 sdt garam

Cara membuatnya:
- masak santan encer dengan beras ketan dan garam sambil diaduk, biarkan hingga menjadi bubur.
- Ditempat lain, masak air, pandan dan gula jawa, hingga gula jawa larut. Saring. Masukkan air gula jawa kedalam bubur, masak lagi hingga bubur mengental. Angkat.
- Saus: masak santan dan garam, setelah agak panas, masukkan larutan tepung beras sambil diaduk-aduk. Aduk terus hingga mendidih. Angkat.
- Sajikan Bubur Rang-rang dalam mangkuk dengan disiram sedikit saus santan.
Hasil jadi 20 piring.


Ini hasilnya ….

Batch pertama


Batch kedua, warna coklat keemasan

Ini Birthday Boynya…


Sedikit cerita
Kemaren itu bikin 3 resep bubur rangrang karena panci yang akupunya cukup untuk 3 resep saja, ternyata bubur sudah habis, kuah santan masih banyak dan tetangga juga belum kebagian semua. Akhirnya bikin 2 resep lagi. Karena beras ketannya udah gak ada - beli ngepas hanya 250 gr, batch pertama 250 gr beras ketan + 50 gr beras – akhirnya batch kedua pakai beras 100%. Hasilnya sama-sama OK, bedanya yang beras tidak selegit yang beras ketan.


Trus tentang gula merah.
Waktu direbus kok gak coklat bagus ya…, airnya nampak sedikit kehijauan. Waduh…. Jangan-jangan ini gula merah yang ada formalinnya. Waktu dirasakan hasil buburnya ada rasa seperti sesuatu yang membuat aku ingin glege’en / sendawa. Rasa ini juga kurasakan saat makan krupuk puli/gendar yang emang harus pakai ketek/borax, dan makan dawet yang air kapurnya kebanyakan. Agak lega…. Klo campuran gula merahnya borax gpp deh, lha wong udah tahu krupuk puli ada boraxnya tetep aja suka L Ini apa namanya klo bukan bandel…
Yang batch kedua pakai gula merah yang udah lama tersimpan di almari. Hasilnya coklat keemasan, enak dilihat juga enak dilidah. Gula merahnya beli di penjual yang sama, bedanya yang lama waktu beli ditawarin yang bagus apa yang biasa -ya pilih bagus-, trus yang beli barengan beras ketan gak pake ditawari, aku juga gak nanya ada yang bagus apa enggak, wong lagi terburu-buru, penjualnya udah beberes masukan dagangan ke mobil box. Jadi nyesel, lain kali musti beli gula merah yang bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar